resepanekajajanan – Di tengah gempuran makanan cepat saji dari luar negeri, ternyata camilan tempo dulu dari Indonesia justru menemukan momentumnya kembali. Generasi milenial dan Gen Z yang terkenal dengan semangat eksplorasi kuliner mereka, kini ramai-ramai memburu camilan-camilan khas zaman dahulu. Dulu dianggap makanan kuno, sekarang justru menjadi primadona di berbagai tempat nongkrong, kafe kekinian, hingga toko online.
Fenomena ini tentu menarik untuk dikupas lebih dalam. Mengapa camilan jadul bisa kembali naik daun? Apa saja contoh camilan lawas yang kini begitu diminati? Bagaimana cara industri makanan memoles kembali kudapan tradisional agar lebih relevan di era modern? Mari kita bahas secara mendalam.
Nostalgia dan Kenangan yang Menghidupkan Rasa
Salah satu alasan utama kebangkitan camilan tempo dulu adalah faktor nostalgia. Bagi banyak orang, makanan bukan sekadar perkara rasa, tetapi juga soal kenangan. Camilan-camilan yang dulu sering dijumpai di rumah nenek atau di pasar tradisional, kini mampu membangkitkan memori manis masa kecil.
Generasi milenial yang kini sudah dewasa dan memiliki penghasilan sendiri, merindukan kembali momen-momen sederhana di masa lalu. Melalui makanan, mereka bisa sejenak melarikan diri dari hiruk-pikuk modernitas dan kembali merasakan kehangatan masa kecil. Camilan seperti kue cucur, getuk, klepon, dan onde-onde menjadi jembatan emosional yang kuat.
Media Sosial Berperan Besar
Kebangkitan camilan lawas juga tidak lepas dari peran media sosial. Instagram, TikTok, hingga YouTube dipenuhi oleh konten food vlogger yang memperkenalkan kembali kue-kue tradisional dengan kemasan kekinian. Visualisasi yang menarik, pengemasan modern, serta narasi unik membuat camilan jadul terasa sangat relevan di mata anak muda.
Melalui video dan foto, camilan seperti serabi, kue putu, hingga keripik pisang disulap tampilannya menjadi sangat Instagramable. Banyak pula food influencer yang mengulas kembali cita rasa makanan tempo dulu dengan bahasa anak muda yang relatable.
Variasi Modern dari Resep Klasik
Agar lebih diterima oleh lidah generasi sekarang, banyak pelaku usaha makanan yang memodifikasi camilan tempo dulu. Modifikasi ini bisa berupa penambahan topping, varian rasa baru, hingga inovasi dalam bentuk penyajian.
Misalnya, klepon yang biasanya berisi gula merah kini hadir dengan isian coklat lumer, matcha, atau bahkan keju mozzarella. Onde-onde modern bisa ditemukan dalam ukuran mini dengan isian kacang merah, custard, atau cream cheese. Serabi pun kini hadir dalam varian red velvet, oreo, hingga salted caramel.
Inovasi ini terbukti mampu menarik perhatian generasi muda yang senang mencoba hal-hal baru tanpa harus menghilangkan esensi klasik dari makanan tersebut.
Kembali Menghargai Produk Lokal
Selain rasa nostalgia, kebangkitan camilan tempo dulu juga berkaitan erat dengan meningkatnya kesadaran untuk mencintai produk lokal. Generasi milenial kini banyak yang mulai sadar pentingnya mendukung usaha kecil, UMKM, serta pelestarian budaya kuliner nusantara.
Mereka merasa bangga saat bisa mengonsumsi makanan hasil produksi dalam negeri, apalagi jika pengolahannya tetap mempertahankan warisan resep turun-temurun. Bahkan, banyak generasi muda yang berinisiatif mengembangkan usaha camilan tradisional dengan kemasan modern untuk menyaingi makanan impor.
Beberapa Camilan Tempo Dulu yang Kini Hits Lagi
1. Klepon
Klepon adalah bola ketan berisi gula merah cair yang meledak di mulut saat digigit. Balutan kelapa parutnya memberikan sensasi gurih yang khas. Dulu klepon hanya tersedia di pasar tradisional atau acara adat. Kini, klepon naik kelas. Ada varian klepon modern dengan isian coklat, matcha, dan tiramisu. Beberapa kafe bahkan menyajikan klepon dalam bentuk dessert cake yang sangat cantik secara visual.
2. Onde-Onde
Onde-onde yang berbalut wijen ini dulunya identik dengan acara keluarga atau perayaan tertentu. Saat ini, onde-onde hadir dalam berbagai ukuran mini dengan isian yang kekinian seperti cream cheese, kacang merah, green tea, dan coklat Belgia. Beberapa bakery modern bahkan menjadikan onde-onde sebagai produk unggulan.
3. Getuk
Getuk singkong yang dikukus lalu diberi taburan kelapa, kini banyak dimodifikasi menjadi cake getuk modern. Teksturnya yang lembut dengan tambahan aneka topping modern membuatnya diminati sebagai snack di kafe-kafe kekinian.
4. Kue Cucur
Kue cucur dengan pinggiran renyah dan bagian tengah yang lembut ini dulu identik dengan pasar tradisional. Kini, banyak pedagang online yang menjual cucur berbagai warna, bentuk, bahkan rasa. Varian pandan, coklat, durian hingga rasa-rasa fusion menjadikan cucur relevan dengan selera masa kini.
5. Serabi
Serabi kini menjelma menjadi camilan modern dengan banyak varian rasa. Jika dulu serabi identik dengan kuah kinca, sekarang muncul varian topping keju, nutella, oreo, green tea, hingga ice cream. Beberapa kafe menjual serabi kekinian dalam kemasan elegan, cocok untuk oleh-oleh atau hampers.
6. Rempeyek
Rempeyek atau peyek yang gurih dengan taburan kacang, udang, atau teri ini kini hadir dalam bentuk yang lebih premium. Ada rempeyek super tipis, peyek renyah tahan lama, bahkan peyek dengan rasa-rasa unik seperti balado, keju, hingga BBQ yang cocok di lidah milenial.
7. Dodol
Dodol yang dikenal sebagai camilan manis legit nan lengket kini tersedia dalam berbagai varian rasa modern seperti coklat, durian, stroberi, hingga green tea. Packaging dodol pun kini lebih menarik, bahkan layak dijadikan oleh-oleh khas Indonesia yang dibanggakan anak muda.
8. Keripik Pisang
Keripik pisang yang dahulu sekadar camilan rumah tangga kini menjadi bisnis skala besar. Varian rasa pedas, coklat, caramel, keju, hingga salted egg menjadikan keripik pisang favorit di kalangan anak muda. Brand-brand keripik pisang kekinian bahkan berhasil menembus pasar ekspor.
9. Rengginang
Rengginang yang dulu kerap dianggap camilan orang tua, sekarang menjelma menjadi snack premium dengan aneka rasa kekinian. Ada rengginang rasa barbeque, balado, bahkan rasa pizza yang dipasarkan dengan kemasan eksklusif.
10. Kue Lapis
Kue lapis yang identik dengan warna-warni pelangi, kini dibuat dalam berbagai inovasi rasa seperti red velvet, green tea, hingga lapis legit varian kopi. Penampilan modern dan rasa yang unik menjadikan kue lapis banyak dicari sebagai oleh-oleh kekinian.
Kekuatan Cerita dalam Pemasaran
Kesuksesan camilan tempo dulu di era modern ini juga tidak lepas dari kekuatan storytelling. Banyak pebisnis muda yang menjual produknya dengan narasi unik: menceritakan resep warisan nenek, kisah masa kecil, hingga nilai-nilai budaya lokal yang diangkat kembali. Storytelling semacam ini mampu mengikat konsumen secara emosional.
Bahkan, banyak brand camilan jadul kekinian yang sengaja menonjolkan konsep “heritage”, “authentic taste”, atau “resep warisan keluarga” dalam promosinya. Hal ini memberikan kesan eksklusif, personal, dan sarat makna budaya.
Dukungan Pemerintah dan Komunitas
Tidak hanya dari sisi pebisnis dan konsumen, pemerintah serta komunitas pecinta kuliner tradisional juga turut berperan dalam menghidupkan kembali kejayaan camilan tempo dulu. Berbagai festival kuliner, pameran makanan tradisional, hingga lomba inovasi makanan lokal rutin diadakan.
Beberapa program pemerintah daerah bahkan memberi pelatihan pengemasan modern, strategi pemasaran online, hingga pengembangan varian baru yang mengikuti selera generasi muda.
Tantangan dalam Pelestarian Camilan Tradisional
Meski tengah naik daun, upaya melestarikan camilan tempo dulu tetap memiliki tantangan. Salah satunya adalah keterbatasan generasi penerus yang menguasai teknik pengolahan tradisional. Beberapa camilan memerlukan keahlian khusus agar rasanya tetap otentik.
Selain itu, persaingan dengan produk makanan instan dari luar negeri juga menjadi ancaman. Oleh karena itu, penting adanya regenerasi pembuat camilan tradisional yang mampu berinovasi tanpa meninggalkan akar budaya aslinya.
Peran Generasi Milenial sebagai Agen Pelestari
Menariknya, generasi milenial bukan hanya sekedar konsumen. Banyak di antara mereka yang justru menjadi pelaku usaha camilan tempo dulu dengan konsep modern. Mereka memanfaatkan media sosial, e-commerce, dan digital marketing untuk memperluas pasar.
Sebagai contoh, munculnya banyak startup kuliner berbasis warisan lokal yang dikembangkan oleh anak muda, menjadi bukti bahwa generasi milenial punya peran besar dalam menjaga warisan kuliner Indonesia tetap hidup.
Camilan Tempo Dulu di Kancah Internasional
Tidak sedikit camilan jadul yang kini mulai go international. Onde-onde, dodol, rempeyek, keripik pisang, bahkan klepon sudah mulai dikenal oleh konsumen luar negeri melalui ekspor maupun wisata kuliner.
Popularitas makanan tradisional Indonesia yang unik serta adanya diaspora Indonesia di berbagai negara membuat camilan jadul perlahan menembus pasar dunia. Bahkan beberapa restoran fine dining luar negeri sudah mulai memasukkan kue-kue tradisional Indonesia dalam dessert menu mereka.
Tradisi Lama, Sentuhan Baru
Kebangkitan camilan tempo dulu di tengah generasi milenial membuktikan bahwa tradisi tidak selalu harus identik dengan masa lalu. Dengan sentuhan inovasi, pengemasan modern, serta pemasaran yang cerdas, warisan kuliner klasik justru bisa menjadi primadona baru.
Generasi muda terbukti bisa menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini. Mereka tidak hanya menikmati cita rasa warisan, tetapi juga menghidupkannya kembali dengan cara yang relevan. Di tangan kreatif generasi milenial, camilan jadul yang dulu hanya dijual di pasar tradisional kini tampil elegan di etalase toko online hingga kafe mewah.
Melestarikan camilan tempo dulu bukan berarti menolak modernitas, tetapi justru memadukan warisan budaya dengan inovasi zaman. Inilah bentuk adaptasi budaya yang bijak, sekaligus bukti bahwa kearifan lokal bisa tetap hidup di tengah arus globalisasi.