Jajanan Timur Tengah yang Mulai Digemari di Indonesia

Jajanan Timur Tengah yang Mulai Digemari di Indonesia

resepanekajajanan – Dalam lautan kuliner Nusantara yang begitu kaya dan beraneka ragam, tak pernah ada batas yang terlalu jauh untuk makanan dari belahan dunia mana pun masuk dan memikat lidah masyarakat Indonesia. Salah satu tren yang tengah mencuri perhatian adalah kehadiran jajanan khas Timur Tengah, yang kini mulai banyak digemari oleh berbagai kalangan, dari anak muda pecinta kuliner, hingga mereka yang pernah menunaikan ibadah haji dan umrah.

Jajanan Timur Tengah hadir tidak hanya sebagai camilan biasa, melainkan juga sebagai jembatan budaya menghubungkan cita rasa eksotis khas jazirah Arab dengan selera lokal yang tak kalah kompleks. Di tangan para pebisnis kuliner dan diaspora Timur Tengah yang kreatif, berbagai kudapan seperti baklava, mutabbaq, maamoul, dan falafel kini semakin mudah ditemukan di kota-kota besar Indonesia.

Lalu, apa yang membuat jajanan Timur Tengah begitu menarik bagi lidah dan hati masyarakat Indonesia? Dan jenis-jenis kudapan apa saja yang mulai populer? Mari kita kupas lebih dalam dalam uraian lengkap berikut ini.

1. Masuknya Budaya Timur Tengah ke Indonesia Melalui Jajanan

Jauh sebelum tren ini berkembang, sebenarnya hubungan antara Indonesia dan Timur Tengah telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu melalui jalur perdagangan dan penyebaran Islam. Tak hanya nilai keagamaan dan budaya, makanan pun ikut menjadi bagian dari pertukaran tersebut. Jajanan Timur Tengah adalah salah satu elemen budaya yang kini mendapat panggung lebih luas, terutama dalam suasana global yang makin terbuka.

Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak warga Indonesia yang melakukan perjalanan ke Tanah Suci untuk ibadah haji dan umrah. Pengalaman mencicipi makanan lokal di Mekkah dan Madinah, terutama jajanan pinggir jalan, seringkali menimbulkan kesan mendalam. Rasa ingin mengulang pengalaman tersebut di Tanah Air menjadi motivasi kuat munculnya warung, restoran, atau kedai yang khusus menyajikan jajanan khas Timur Tengah.

2. Karakteristik Cita Rasa Jajanan Timur Tengah

Sebagian besar kudapan asal Timur Tengah identik dengan kekuatan rasa yang tegas. Penggunaan rempah seperti kayu manis, kapulaga, cengkih, dan biji wijen menjadi ciri khas. Tak hanya itu, bahan-bahan seperti kurma, madu, kacang-kacangan, dan tepung semolina juga kerap mendominasi jajanan manis mereka.

Untuk jajanan gurih, banyak menggunakan bahan dasar kacang arab (chickpeas), lentil, daging cincang, atau adonan tepung yang digoreng. Meski asing bagi sebagian masyarakat Indonesia, ternyata kombinasi rasa gurih-manis-rempah ini mampu menyatu dengan lidah lokal yang memang sudah akrab dengan cita rasa berlapis.

3. Deretan Jajanan Timur Tengah yang Kini Digemari

Berikut ini beberapa contoh jajanan khas Timur Tengah yang kini mulai menjamur di Indonesia, baik melalui restoran maupun UMKM kreatif:

Baklava

Kudapan khas Turki dan Lebanon ini berbahan dasar filo pastry yang ditumpuk berlapis-lapis, diisi kacang pistachio atau kenari, lalu disiram sirup madu. Rasa manis legit dan tekstur renyahnya membuat baklava menjadi salah satu jajanan paling diminati, terutama saat Ramadan.

Maamoul

Maamoul adalah kue kering berbentuk bulat atau lonjong yang diisi pasta kurma, kacang, atau buah ara. Kue ini sering disajikan saat hari besar keagamaan seperti Idul Fitri di negara-negara Arab. Kini maamoul mulai dijual dalam kemasan modern dan banyak disukai sebagai oleh-oleh.

Falafel

Makanan gurih berbentuk bola kecil ini terbuat dari kacang arab yang digiling dan digoreng garing. Biasanya disajikan dengan saus tahini atau dibungkus dalam roti pita. Teksturnya renyah di luar dan lembut di dalam, menjadikannya cemilan sehat dan mengenyangkan.

Mutabbaq (Martabak Arab)

Jajanan yang satu ini cukup familiar karena menjadi inspirasi dari martabak telur di Indonesia. Mutabbaq versi asli biasanya diisi daging cincang, daun bawang, dan telur, lalu digoreng hingga kulit luarnya garing. Versi manisnya juga ada, berisi pisang dan madu.

Knafeh / Kunafa

Dessert mewah khas Palestina dan Lebanon ini terbuat dari adonan kadayif (sejenis bihun halus), diberi keju, lalu dipanggang dan disiram sirup gula mawar. Knafeh kini menjadi hits di kalangan anak muda, terutama setelah banyak influencer mencicipinya di vlog-vlog perjalanan ke Timur Tengah.

Basbousa

Kue manis berbahan semolina ini memiliki tekstur lembut, manis, dan legit. Biasanya dihias dengan kacang almond dan siraman sirup lemon. Cocok untuk teman minum teh sore hari atau hidangan pencuci mulut.

4. Adaptasi Rasa Lokal: Jajanan Timur Tengah dengan Sentuhan Indonesia

Kehadiran jajanan khas Arab di Indonesia tidak serta-merta disajikan begitu saja. Banyak pelaku bisnis kuliner melakukan modifikasi rasa dan tampilan agar lebih cocok dengan preferensi lokal. Misalnya:

  • Baklava isi kacang mede atau kelapa parut, sebagai pengganti pistachio yang lebih mahal.

  • Falafel sambal ijo atau disajikan dengan saus sambal lokal.

  • Mutabbaq rasa keju-cokelat, yang mirip dengan martabak manis ala Indonesia.

  • Basbousa pandan dengan aroma khas Nusantara.

Kreativitas ini membuat jajanan Timur Tengah semakin inklusif dan mudah diterima oleh kalangan lebih luas.

5. Popularitas Meningkat Saat Ramadan dan Idul Fitri

Tak bisa dipungkiri, momentum Ramadan menjadi pemicu naiknya konsumsi jajanan khas Arab. Tradisi buka puasa bersama menjadi ajang ideal untuk memperkenalkan camilan seperti kurma isi, maamoul, atau baklava. Banyak toko kue dan katering kini menawarkan “paket buka puasa ala Arab” yang mencakup berbagai kudapan khas tersebut.

Bahkan, dalam beberapa tahun terakhir, bazar-bazar Ramadan kerap menghadirkan tenant khusus yang menjual makanan dan jajanan khas Timur Tengah. Ini memperlihatkan bahwa masyarakat Indonesia mulai terbiasa dan antusias menyambut varian rasa dari luar negeri.

6. Media Sosial dan Peran Influencer Kuliner

Peran digital tak bisa dikesampingkan dalam menyebarluaskan popularitas jajanan ini. Melalui platform seperti TikTok, YouTube, dan Instagram, banyak food vlogger Indonesia membagikan pengalaman mereka mencoba makanan khas dari Arab Saudi, Mesir, atau Turki. Respons positif dari warganet membuat jajanan seperti knafeh, baklava, dan falafel menjadi semakin dikenal.

Tak jarang, video “mukbang makanan Arab” menjadi viral dan diikuti oleh wirausaha lokal yang mencoba membuat versinya sendiri. Beberapa influencer bahkan membuka brand jajanan khas Timur Tengah mereka sendiri, memanfaatkan ketenaran digital untuk membentuk tren pasar baru.

7. Potensi Bisnis dan Ekonomi Kreatif

Melonjaknya minat terhadap kuliner Arab membuka peluang usaha baru, terutama bagi UMKM. Beberapa di antaranya memulai dengan menjual baklava dalam toples kecil sebagai camilan premium, atau memproduksi falafel beku yang bisa dipanaskan kapan saja. Bahkan, kini banyak kelas online memasak kue Arab untuk pemula.

Potensi bisnis ini sangat menjanjikan, karena belum banyak pesaing besar yang memonopoli pasar jajanan Timur Tengah. Dengan strategi pemasaran yang tepat dan penyesuaian rasa, pelaku usaha kecil menengah bisa meraih pasar yang luas, baik online maupun offline.

8. Tantangan dalam Popularisasi Jajanan Timur Tengah

Meski minatnya meningkat, bukan berarti semuanya berjalan mulus. Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi:

  • Ketersediaan bahan baku: Banyak bahan khas seperti filo pastry, semolina, pistachio, dan tahini masih tergolong mahal dan sulit dicari di daerah tertentu.

  • Persepsi harga: Beberapa masyarakat menganggap jajanan khas Arab terlalu mahal dibandingkan kue lokal.

  • Kurangnya pemahaman: Belum semua orang tahu nama dan cara makan jajanan tersebut, sehingga butuh edukasi.

Namun, dengan pendekatan branding yang menarik dan edukasi melalui konten digital, hambatan ini bisa diatasi secara perlahan.

9. Jajanan Timur Tengah dan Diplomasi Budaya

Makanan adalah bentuk diplomasi yang paling lembut. Ketika sebuah negara memperkenalkan makanannya ke dunia, sejatinya mereka sedang menyebarkan narasi budaya, nilai-nilai, dan identitas. Demikian pula dengan jajanan Timur Tengah di Indonesia. Semakin banyak masyarakat yang menyukai kudapan Arab, maka semakin terbuka pula hubungan emosional antarbudaya.

Kehadiran festival kuliner internasional, seperti Middle Eastern Food Festival di Jakarta atau Surabaya, turut mempererat hubungan tersebut. Selain makanan, festival ini juga menyuguhkan tarian, musik, dan pakaian khas dari negara-negara seperti Yaman, Lebanon, Mesir, hingga Turki.

10. Masa Depan Jajanan Timur Tengah di Indonesia

Melihat perkembangan tren saat ini, masa depan jajanan Timur Tengah di Indonesia tampaknya sangat cerah. Seiring meningkatnya minat terhadap makanan internasional dan gaya hidup kosmopolitan, makanan khas Arab akan terus berkembang sebagai bagian dari kuliner harian masyarakat.

Dengan strategi penyajian yang kreatif, harga terjangkau, dan cita rasa yang disesuaikan dengan lidah lokal, jajanan ini berpotensi menjadi “kuliner mainstream baru” seperti halnya sushi atau boba tea. Restoran Arab modern juga makin banyak bermunculan, tidak hanya menyasar komunitas diaspora, tapi juga publik luas.

Rasa yang Menghubungkan Dua Dunia

Kehadiran jajanan khas Timur Tengah di Indonesia bukan sekadar tren kuliner semata, melainkan juga cerminan betapa eratnya hubungan antarbenua melalui rasa. Dari baklava yang legit, falafel yang gurih, hingga kunafa yang lembut meleleh, semua membawa kita lebih dekat pada budaya jazirah yang penuh warna dan sejarah.

Di tengah keragaman kuliner Indonesia yang sudah luar biasa, hadirnya kudapan Arab justru memperkaya, bukan menyaingi. Ia menjadi bukti bahwa dalam dunia kuliner, tidak ada batas yang terlalu jauh untuk dijangkau. Lidah kita bisa menjadi jembatan antara budaya, kenangan, dan masa depan yang lebih terbuka.

Jika belum pernah mencoba, mungkin sekaranglah saatnya Anda mencicipi potongan baklava, menyeruput teh mint hangat, dan membiarkan diri Anda terbawa dalam perjalanan rasa dari Timur Tengah ke Nusantara.