Klepon vs Putu: Mana Jajanan Tradisional Favoritmu?

Klepon vs Putu: Mana Jajanan Tradisional Favoritmu?

resepanekajajanan – Indonesia terkenal kaya akan kuliner khas, termasuk aneka jajanan tradisional yang menggugah selera. Dari Sabang hingga Merauke, setiap daerah punya penganan ikoniknya sendiri, yang bukan hanya memikat lidah, tapi juga membawa memori nostalgia ke masa kecil. Dua di antaranya yang paling populer dan sering dibandingkan adalah klepon dan putu. Meski sama-sama berbahan dasar tepung dan diisi gula merah, kedua kudapan ini memiliki karakteristik yang berbeda dan masing-masing punya penggemarnya sendiri.

Dalam artikel panjang ini, kita akan membahas secara mendalam mengenai asal-usul, bahan, teknik pembuatan, tekstur, aroma, hingga persepsi masyarakat terhadap klepon dan putu. Ditambah pula dengan kisah unik di balik keduanya, serta sudut pandang budaya dan simbolisme jajanan tradisional. Yuk, kita kulik bersama: klepon vs putu mana yang jadi pilihan hatimu?

Asal Usul dan Jejak Sejarah

Klepon dan putu bukan jajanan baru. Keberadaannya sudah berakar kuat dalam tradisi masyarakat sejak dulu. Tapi dari mana sebenarnya mereka berasal?

✦ Klepon: Bola Manis dari Pulau Jawa

Klepon dipercaya berasal dari wilayah Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur. Nama “klepon” berasal dari bunyi ‘klep’ atau ‘plop’ yang menggambarkan sensasi meletusnya gula merah cair di dalam mulut ketika digigit. Penganan ini juga dikenal di beberapa wilayah dengan nama berbeda, seperti “onde-onde” di Sumatera, meski bukan onde yang berbalur wijen.

Klepon sering disajikan dalam upacara adat, kenduri, maupun sekadar kudapan sore hari. Warna hijaunya yang khas berasal dari daun pandan atau daun suji, menambah aroma alami dan keindahan visual.

✦ Putu: Kukusan Hangat Penjaja Jalanan

Putu, atau sering disebut putu bambu, berasal dari pengaruh budaya India yang kemudian beradaptasi di Nusantara. Kata “putu” sendiri sebenarnya merujuk pada makanan kukus dari tepung beras yang umum di Asia Selatan. Namun, putu versi Indonesia lebih dikenal sebagai kue berisi gula merah yang dikukus dalam batang bambu dan disajikan bersama parutan kelapa.

Putu memiliki sejarah panjang sebagai jajanan kaki lima yang identik dengan suara khas peluit kukusan — suara yang memanggil kenangan masa kecil di sore hari.

Bahan Dasar dan Komposisi

Meski terlihat mirip karena sama-sama diisi gula merah dan dibalur kelapa, sebenarnya klepon dan putu memakai bahan dasar yang berbeda.

▸ Klepon:

  • Tepung ketan sebagai bahan utama

  • Air pandan atau daun suji untuk warna dan aroma

  • Isian gula merah cair

  • Taburan kelapa parut

Adonan klepon bersifat kenyal karena menggunakan tepung ketan, dan ketika matang, gula merah di dalamnya meleleh sempurna, menciptakan sensasi unik di lidah.

▸ Putu:

  • Tepung beras kasar (kadang dicampur sedikit tepung sagu)

  • Isian potongan gula merah

  • Kelapa parut sebagai topping

  • Dikukus dalam cetakan bambu kecil

Adonan putu lebih rapuh dan berbutir, memberikan tekstur yang berbeda dibanding klepon yang elastis. Proses kukusnya pun menghasilkan aroma khas bambu dan daun pandan.

Teknik Pembuatan yang Unik

Cara membuat kedua jajanan ini cukup berbeda, dan di situlah keunikan masing-masing menonjol.

✧ Klepon: Direbus Sampai Mengambang

Adonan bulat klepon dibentuk satu per satu, diisi potongan gula merah, lalu direbus dalam air mendidih. Saat sudah matang, klepon akan naik ke permukaan air — tanda bahwa bagian dalamnya sudah sempurna. Kemudian, klepon digulingkan di atas kelapa parut agar tidak lengket dan menambah cita rasa gurih.

✧ Putu: Dikukus dengan Bambu Berlubang

Putu biasanya dijajakan oleh penjual kaki lima yang membawa alat kukus bambu kecil. Adonan tepung beras kasar dimasukkan ke dalam cetakan bambu, diberi potongan gula merah di tengahnya, lalu dikukus langsung di atas tungku. Proses ini menimbulkan suara khas “tiiiit” dari tekanan uap, yang jadi penanda jajanan siap disajikan.

Cita Rasa dan Tekstur: Kenyal vs Lembut

Setiap orang punya selera berbeda dalam memilih kudapan, terutama soal rasa dan tekstur. Di sinilah perdebatan klepon vs putu sering terjadi.

▸ Klepon:

  • Tekstur kenyal, hampir seperti mochi.

  • Sensasi “meledak” dari isian gula merah cair memberikan pengalaman yang memuaskan.

  • Baluran kelapa segar menambahkan kontras rasa dan tekstur.

▸ Putu:

  • Teksturnya lebih rapuh dan ringan.

  • Ketika digigit, gula merah meleleh tapi tidak se”dramatis” klepon.

  • Aroma bambu dan daun pandan memberikan sentuhan autentik yang khas.

Aroma dan Suasana

Tak hanya rasa, aroma juga memainkan peran penting dalam menentukan favorit banyak orang.

  • Klepon punya aroma pandan yang lembut dan menyegarkan. Wanginya cenderung subtle, tapi begitu menggoda.

  • Putu, sebaliknya, membawa wangi khas dari bambu panas dan gula merah karamel yang menguar bersama uap kukusan. Suara peluit kukusannya juga menjadi daya tarik emosional tersendiri.

Simbolisme dalam Budaya

Jajanan tradisional tak hanya enak disantap, tapi juga sarat makna.

✧ Klepon:

Klepon sering menjadi simbol keutuhan dan kebahagiaan dalam upacara adat. Bentuknya yang bulat dan warnanya yang cerah melambangkan kelanggengan dan kesegaran hidup. Dalam budaya Jawa, klepon masuk dalam jajan pasar yang disusun dalam upacara mitoni (tujuh bulanan) dan pernikahan.

✧ Putu:

Putu menjadi simbol kesederhanaan dan kehangatan. Karena kerap dijual oleh pedagang keliling, putu mengingatkan orang akan masa kecil, kampung halaman, dan kehidupan yang sederhana namun hangat.

Popularitas di Era Modern

Klepon dan putu masih eksis hingga kini, meski tantangan modernisasi membuat jajanan ini harus bersaing dengan makanan instan dan camilan kekinian.

✦ Klepon:

  • Telah dimodifikasi dalam bentuk kekinian: klepon cake, es klepon, donat klepon, hingga boba rasa klepon.

  • Viral di media sosial, terutama saat muncul isu nasionalisme makanan yang membuat klepon jadi simbol cinta tanah air.

✦ Putu:

  • Lebih bertahan dalam bentuk aslinya, namun muncul juga putu warna-warni dan putu isi cokelat atau keju.

  • Karena alat kukusnya khas, putu lebih sulit dibuat di rumah, sehingga tetap bergantung pada penjaja keliling.

Mana yang Lebih Praktis dan Sehat?

Bagi pecinta kudapan sehat dan praktis, perbandingan ini bisa jadi bahan pertimbangan.

  • Klepon cenderung lebih padat kalori karena memakai tepung ketan dan gula cair. Namun tetap alami dan bebas pengawet.

  • Putu punya keunggulan dari sisi pengolahan: dikukus tanpa minyak dan lebih ringan di perut.

Keduanya bisa jadi bagian dari gaya hidup sehat selama tidak berlebihan. Kelapa parut segar juga menambah serat, meski harus segera dikonsumsi agar tidak cepat basi.

Versi Daerah: Ragam dan Inovasi

Meskipun dikenal luas di Jawa, klepon dan putu juga punya versi masing-masing di berbagai daerah.

▸ Klepon Ketan Hitam

Menggunakan tepung ketan hitam untuk warna dan rasa yang lebih earthy.

▸ Putu Ayu

Variasi putu modern berbentuk cetakan bunga, dengan lapisan kelapa di atas dan tekstur lebih lembut seperti bolu.

▸ Klepon Ubi Ungu

Menggabungkan tepung ketan dan ubi ungu, memberikan warna ungu alami dan rasa manis yang lembut.

▸ Putu Daun Pisang

Variasi di daerah Sumatera dan Kalimantan, menggunakan daun pisang sebagai pembungkus alih-alih bambu.

Respons Publik: Mana yang Lebih Disukai?

Jika kita bertanya pada orang-orang secara acak, hasilnya bisa sangat beragam. Ada yang menyukai klepon karena sensasi meletusnya gula cair, ada pula yang merindukan putu karena aroma bambu kukus yang khas.

Beberapa survei informal di media sosial menunjukkan bahwa klepon sedikit lebih populer di kalangan generasi muda karena tampilannya yang menarik dan mudah dimodifikasi. Namun, generasi yang lebih tua cenderung setia pada putu karena nostalgia dan keautentikannya.

Klepon vs Putu: Siapa Juaranya?

Menentukan mana yang lebih unggul antara klepon dan putu bukanlah hal yang mudah. Keduanya punya keistimewaan masing-masing, baik dari segi rasa, bentuk, sejarah, maupun pengalaman emosional yang ditimbulkan.

Aspek Klepon Putu
Tekstur Kenyal Lembut & rapuh
Aroma Pandan Bambu & gula merah
Cara Masak Direbus Dikukus dalam bambu
Popularitas Modern Viral & kekinian Tradisional & nostalgic
Variasi Banyak inovasi baru Cenderung klasik
Simbolisme Budaya Kesatuan & kebahagiaan Sederhana & kehangatan

Dua Penganan, Satu Cinta Kuliner Nusantara

Klepon dan putu bukan sekadar makanan ringan. Mereka adalah warisan budaya yang menyimpan cerita, nilai, dan kenangan. Keduanya hadir sebagai simbol kekayaan kuliner Indonesia yang tidak lekang oleh waktu. Di tengah gelombang makanan modern dan cepat saji, kehadiran mereka mengingatkan kita pada pentingnya menjaga akar tradisi.

Jadi, mana yang menjadi favoritmu? Klepon yang kenyal dan manis, atau putu yang lembut dan hangat? Tak perlu memilih secara mutlak, karena keduanya layak dicintai dan dilestarikan. Mari terus dukung kuliner lokal dengan mengenal, membuat, dan membagikannya ke generasi berikutnya.